Pusat Industri Pengolahan Mineral Penambangan

Rasio kecukupan modal bank pada Oktober 2018 stabil di 23,09 persen dan Modal Berbasis Risiko dari perusahaan asuransi umum dan perusahaan asuransi jiwa masing-masing 308 persen dan 418 persen. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution akan meresmikan Zona Ekonomi Khusus Batang (KEK) yang terletak di Kabupaten Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, pada hari Sabtu.

Besok, saya akan meresmikan KEK di Bintan, investasi besar, smelter untuk bauksit, yang akan menghasilkan alumina. Ini adalah investasi besar dari Cina, kata Nasution kepada orang-orang media di Kantor Menteri Koordinator Perekonomian, Jakarta, Jumat. Dikutip dari halaman kek.go.id, KEK Galang Batang terletak di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, yang merupakan titik tersedak Selat Malaka, berdekatan dengan Zona Perdagangan Bebas Batam dan Selat Philip.

KEK Batang Batang memiliki akses langsung ke Selat Malaka dan Laut Cina Selatan. KEK Galang Batang diusulkan oleh badan usaha, PT Bintan Alumina Indonesia, dan telah ditentukan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2017, yang diundangkan pada 12 Oktober 2017. KEK Galang Batang akan dikembangkan sebagai pusat industri pengolahan mineral penambangan, yaitu bauksit dan produk turunannya baik dari kilang maupun dari pabrik peleburan.

Diperkirakan bahwa KEK Galang Batang akan mampu menyerap tenaga kerja 23.200 orang, menyebar ke industri pengolahan kilang 350 orang, industri pengolahan smelter 260 orang dan layanan dermaga dan pelabuhan yang memiliki potensi untuk menciptakan efek berganda di wilayah tersebut.

Nilai investasi pengembangan KEK Galang Batang adalah Rp.36,25 triliun selama enam tahun. Selain KEK Galang Batang, Nasution mengatakan bahwa KEK Arun Lhokseumawe juga akan segera diresmikan. Sejumlah daerah juga diusulkan untuk menjadi KEK, seperti Kabupaten Singosari di Kabupaten Malang dan satu di Batam. Kemudian Lhokseumawe juga siap dilantik. Kemudian, Jawa Timur mengusulkan Singosari. Batam juga mengusulkan satu, kata Nasution.

Aset cadangan resmi Indonesia pada akhir November 2018 tercatat USD117,2 miliar, lebih tinggi dari USD115,2 miliar pada akhir Oktober 2018. Aset cadangan setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan jauh di atas standar internasional kecukupan cadangan impor tiga bulan, Direktur Departemen Komunikasi, Bank Indonesia (BI) , Junanto Herdiawan, mengatakan dalam sebuah pernyataan di sini pada hari Jumat.

_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^

Bank Indonesia menganggap bahwa posisi aset cadangan resmi mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga keberlanjutan ekonomi makro dan sistem keuangan. Peningkatan cadangan devisa pada bulan November 2018 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas, penarikan utang luar negeri pemerintah, dan penerimaan devisa lainnya, yang lebih besar dari persyaratan aset cadangan untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Ke depan, Bank Indonesia memandang bahwa aset cadangan resmi tetap mencukupi didukung oleh keyakinan pada stabilitas dan prospek ekonomi domestik yang optimis, serta kinerja ekspor yang tetap positif.

Selain itu, tekanan harga pada makanan yang mudah menguap pada November 2018 berasal dari bawang merah, beras, telur ayam ras, tomat, dan wortel. Sebaliknya, cabai merah, daging ayam ras, melon, pepaya, cabai mata burung, dan minyak goreng mengalami koreksi harga. Meskipun meningkat dari periode sebelumnya, tekanan inflasi pada harga administered (AP) tetap terkendali.

Inflasi AP tercatat 0,52 persen (mtm) pada November 2018, meningkat dari 0,32 persen (mtm) bulan sebelumnya. AP naik ke atas karena kenaikan harga tiket pesawat, sebagai akibat dari meningkatnya permintaan selama akhir tahun yang akan datang.

0 comments


Post a Comment

Pusat Industri Pengolahan Mineral Penambangan