Strategi Untuk Mencapai Rekor Ekspor Non-Migas

Menurut menteri, kondisi beberapa negara Afrika mirip dengan Indonesia pada 1970-an dan 1980-an ketika mengintensifkan program pembangunan. Kementerian sedang menjajaki perjanjian perdagangan dengan negara-negara Afrika seperti Mozambik dan Tunisia. Indonesia memiliki potensi untuk mengekspor baja dan sepeda motor yang permintaannya tinggi di Afrika, katanya.

Arlinda, direktur jenderal pengembangan ekspor nasional Kementerian Perdagangan, mengkonfirmasi bahwa Indonesia saat ini sedang merundingkan perjanjian perdagangan dengan beberapa negara Afrika. Tahun ini, perjanjian perdagangan dengan Mozambik, Tunisia, dan Maroko diharapkan akan ditandatangani. Tunisia dan Maroko bisa menjadi mitra strategis karena mereka memiliki akses ke pasar Eropa.

Secara geografis, Tunisia dekat dengan Italia dan Prancis, sementara Maroko tidak jauh dari Spanyol dan Portugal. Indonesia dapat mengekspor tuna ke Tunisia dan Maroko, menurut Arlinda. Sementara itu, Lukita memimpin delegasi misi perdagangan Indonesia ke Amerika Serikat (AS) dari 14 hingga 19 Januari 2019.

Kunjungan kerja ke AS ini adalah salah satu strategi yang dilakukan untuk mencapai rekor ekspor non-migas, yang ditargetkan meningkat 7,5 persen dibandingkan tahun lalu, atau $ 175,9 miliar, kata Lukita dalam sebuah pernyataan, Senin (14 Jan) . Kunjungan kerja adalah salah satu langkah pertama untuk meningkatkan kinerja ekspor nasional.

Menteri mengungkapkan bahwa upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor harus dilakukan sedini mungkin di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global. Sebanyak 15 pengusaha berpartisipasi dalam misi dagang kali ini. Para peserta terlibat dalam berbagai bidang, seperti minyak sawit, aluminium dan baja, makanan laut, kedelai dan gandum, kapas, ban mobil, emas dan perhiasan, dan daging sapi.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sebelumnya mendorong agar produk-produk yang dihasilkan oleh industri mebel dapat diekspor ke Amerika Serikat. Perekonomian global yang lesu dan fluktuasi harga beberapa komoditas mungkin menghambat upaya untuk mencapai target 2019 pertumbuhan ekspor nonmigas sebesar 7,5 persen, perkiraan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.

Beberapa lembaga internasional telah memperkirakan kondisi ekonomi global yang tidak menguntungkan, terutama dengan perekonomian yang lesu di beberapa negara tujuan ekspor, Kepala BPS Suharyanto menyatakan di sini pada hari Selasa.

&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&

Selain itu, katanya, fluktuasi harga beberapa komoditas, seperti minyak sawit, karet, dan batubara, dipandang sebagai tantangan bagi negara untuk mencapai target ekspornya. Ada fluktuasi harga yang tidak menguntungkan. Harga minyak juga diperkirakan akan turun lebih lanjut di samping rencana untuk menaikkan suku bunga, katanya.

Namun, ia menyatakan optimisme bahwa negara itu akan mencapai target meskipun ada tantangan. Kementerian Perdagangan telah menetapkan target pertumbuhan ekspor sebesar 7,5 persen pada 2019, lebih rendah dari pertumbuhan sebesar 11 persen pada 2018. Kami telah menetapkan target pada 7,5 persen, tetapi kami akan membahasnya lebih lanjut dengan kementerian lain, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan.

Menurut Lukita, target tersebut telah memperhitungkan kondisi ekonomi global saat ini yang telah dibayangi oleh perang perdagangan. Menteri Tenaga Kerja Indonesia M. Hanif Dhakiri memperkirakan bahwa kecelakaan kerja akan menurun dalam revolusi industri keempat, yang disebut Industri 4.0. Dalam revolusi industri keempat, teknologi akan menjadi canggih. Akibatnya, teknologi keselamatan akan meningkat, dan kecelakaan kerja kemungkinan akan menurun, Dhakiri menyatakan di sini pada hari Selasa.

0 comments


Post a Comment

Strategi Untuk Mencapai Rekor Ekspor Non-Migas